Surabaya - Alhamdulillah, setelah dua lokalisasi besar di Surabaya, yakni Doly dan Jarak ditutup Juni silam, bersih-bersih pelacuran di Kota Surabaya tidak berhenti. Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur mendukung Kepolisian Kota Besar (Poltabes) Surabaya, berhasil mengungkap jaringan pelacuran mahasiswi serta praktik pelacuran terselubung dalam layanan Salon Kecantikan dan Spa---yang kemudian disebut sebagai salon plus.
Keterangan yang berhasil dihimpun menyebutkan, terungkapnya dua jaringan pelacuran yang seperti terpisah ini, bermula dari Kamis (11 Desember); terungkap sebuah Salon dan Spa yang memberikan layanan plus. Kemudian dilakukan pengembangan. Hanya berbeda beberapa jam, dapat terungkap pula sebuah jaringan yang melacurkan mahasiswi, ke sejumlah hotel di Kota Surabaya.
Adalah sebuah Salon Kecantikan yang memberi layanan Spa, di sebuah rumah toko di Jalan Ambengan Surabaya. Layanan Spa berupa layanan pijat dalam dua kategori. Pijat dengan kategori “biasa” atau tidak lengkap, tarif yang dipasang Rp 150 ribu. Mendapat sebutan “Salon Plus”, karena layanan pijat kategori “biasa” hanya sebuah modus. Di salon ini dapat memberikan layanan kategori “plus” atau “pijat lengkap” dengan tarif sekali kencan; mulai dari sepuluh kali lipat (Rp1,5 juta) hingga 20 kali lipat (Rp 3 juta), dari tarif pijat kategori “biasa”.
Salon dan Spa yang menjadi sasaran penggerebekan Polisi, berupa rumah toko berlantai dua. Lantai bawah untuk Salon Kecantikan. Sedangkan layanan Spa, di lantai atas. Tersedia beberapa kamar yang dibuat sedemikian rupa, sehingga memungkinkan untuk melakukan perbuatan mesum. Delapan orang perempuan yang disediakan untuk memberi layanan (terapis) pijat, sangat terlatih dalam menggiring seseorang sehingga tidak merasa cukup hanya mendapat layanan pijat Spa kategori “biasa” dan setuju dengan layanan tambahan (plus) terkait dengan kemesuman.
Ketika digerebeg petugas, kedapatan delapan perempuan, serta seorang germo dengan sebutan Mami Ayu. Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur, Kombes Pol. Awi Setiyono, seperti dikutip Tribunnews menunjuk; delapan perempuan tersebut hanya dijadikan saksi. Sedang si mami, sudah ditetapkan sebagai tersangka.
Sebutan Spa, berasal dari nama sebuah kota di Belgia. Menjadi nama sebuah resort hotel mewah, di dekat sumber air---menawarkan pemandian air panas serta terapi berupa pijat. Sedang di Salon Kecantikan dan Spa ini, para perempuan pemberi layanan terapis, tidak dapat ‘main-main’ dengan harga layanan. Mami Ayu yang menetapkan harga dan menugaskan kasir untuk mengatur dan menerima pembayaran.
“Betul demikian. Tetapi yang mendapat bagian banyak ya mereka yang memberi layanan terapis. Sedang saya kebagian 30 – 40 persen,” ungkap Mami Ayu ketika jedah dari pemeriksaan petugas penyidik.
Tidak terjelaskan secara gamblang apa hubungannya dengan sebuah jaringan yang melacurkan mahasiswi ke sejumlah hotel. Yang jelas hanya terpaut beberapa jam Mami Ayu disidik di Polda Jawa Timur----terungkap pula pelacuran mahasiswi. Bahkan ER, yang menjadi germo dalam pelacuran mahasiswi ini, tertangkap basah saat mengantar seorang mahasiswi ke sebuah hotel.
Kombes Pol. Awi Setiyono mengungkap, pria germo ini tertangkap di sebuah hotel di Kota Surabaya, saat mengantarkan mahasiswi anak buahnya untuk menemui dan melayani seseorang tamu yang telah mem-booking di hotel tersebut.
Germo ER mematok harga sekali kencan dengan mahasiswi antara Rp 2,5 juta hingga Rp 3,5 juta, tidak termasuk biaya hotel. Memang ER kadang memberikan rekomendasi sebuah nama hotel yang dinyatakan aman dari penggerebegan petugas. Namun, pemesan yang kemudian menetapkan pilihan hotel; termasuk menanggung biaya sewa kamar hotel serta berbagai bentuk layanan yang timbul selama berada di suatu hotel.
ER kepada petugas mengaku, memasarkan mahasiswi-mahasiswi “binaan” ini diantaranya melalui jejaring sosial Facebook dan BlackBerry Masenger (BBM). Yang tertarik, dapat melakukan kontak pemesanan melalui ER---dialog lebih lanjut, dilakukan melalui inbox, yang lebih tertutup. Setelah terjadi kesepakatan, pemesan melakukan pembayaran di muka dengan cara transfer melalui rekening di sebuah bank.
Setelah diketahui telah dilakukan transfer, pemesan kemudian menentukan hotel. Kontak berikutnya, pemesan memberikan nomor kamar pada sebuah hotel, dan sudah menunggu di kamar hotel tersebut.
Ketika pemesan sudah menentukan pilihan, ER segera kontak mahasiswi terpilih, untuk memastikan pada hari dan jam yang ditetapkan, dapat memberikan layanan kencan. Baru kemudian pembicaraan dilanjutkan. Sampai dengan langkah pemesan sudah melakukan transfer biaya dan sudah pula memesan kamar hotel, ER segera kontak kembali ke mahasiswi dimaksud; kemudian segera pula melakukan transfer menggunakan layanan mobil banking ke rekening mahasiswi tersebut. Jumlah yang ditransfer, sudah dikurangi 30 persen sebagai bagian ER. Setelah semua selesai, mahasiswi siap dijemput untuk diantar ke pemesan, atau bahkan dapat jalan sendiri dengan menggunakan taksi.
Dari beberapa catatan ditemukan, penawaran layanan kemesuman dilakukan Salon Kecantikan, sudah ada sejak lama. Bahkan layanan kemesuman pada Spa, di Surabaya, agaknya juga bukan sesuatu yang baru. Di dasawarsa 1980-1990 di kota ini sudah tumbuh menjamur Panti Pijat atau Timung, yang diantaranya juga menawarkan layanan “pijat komplit” dengan kemesuman di sebuah kamar pijat sempit yang dipersyaratkan hanya ditutup dengan kelambu.
Rep : Muhammad Halwan / dari berbagai sumber /Suara-islam