
Berikut redaktur sajikan penggalan riwayat Beliau yang diambil dari "Buku putih Syaikh Abdul Qodir. Al Jailani" karya Dr. Said Musfir Al Qahthani.
Beliau hidup setelah masa Khalifah agung Sang Pembebas Al Quds Salahuddin Al Ayyubi yang gigih dalam berjihad untuk mengusir orang2 Nasrani demi menegakkan agama Allah Subhanahu wa Ta'ala. Syaikh Abdul Qodir Al Jaelani merupakan ulama penyembuh penyakit dimasa nya, membetulkan segala kesalahan yang ada dalam masyarakatnya, meluruskan jalan umat Islam yang tengah dilanda kerusakan. Ia mengembalikan kepada perintah Allah swt.
Syaikh Abdul Qodir al Jailani hidup pada tahun 470-561 H. Masa yang dikenal dengan penuh kekeruhan politis, banyak terjadi peristiwa-peristiwa dan perubahan arah politik. Ketika beliau pindah ke Baghdad pada th 488 H masa itu adalah masa setelah runtuhnya kekuasaan Buwaihi dari kelompok Syi'ah dan datangnya masa pemerintahan Saljuk memimpin Baghdad. Lalu berdirilah kekhilafahan bermanhaj ahlu sunnah wal jamaah pada masa Khilafah Abbasiyyah Al Mustadzir Billlah. Dikatakan pada masa ini banyak terjadi fitnah dan pertentangan antar penguasa Saljuk. Lalu para tentara banyak membuat kerusakan di Baghdad, membelanjakan harta secara berpoya2 dan mengancam para pedagang sehingga menusia merasakan kelaparan dan ketakutan yang sangat. Ini kondisi dimana terdapat kerusakan dalam masyarakat akibat orang-orang yang tidak amanah. Saya tekankan lagi, orang2 yang tidak amanah.
Beliau hidup pada masa lima pergantian kepemimpinan Daulah Abbasiyyah yakni pada masa Al Mustaddzir Billah keturunan Harun Al Rasyid, masa Al Mustarsyid bin Al Mustadzir, masa Khalifah Ar Rasyid Billah, Al Muqtafi Liamrillah, dan masa Al Mustanjid Billah.
Kondisi Sosial pada masa beliau diwarnai politik yang cukup tidak stabil, banyak terjadi peristiwa besar dan umat Islam banyak bercampur dengan umat-umat lain yang non Muslim. Semua itu menyebabkan adanya bentuk variatif dan tidak berpegang kepada satu pegangan yang sama.
Masa kehidupan Syaikh Abdul Qadir Al Jaelani termasuk masa yang terbaik dari sisi keilmiahan karena didalamnya banyak para ulama yang mulia, bukan hanya baghdad, tetapi juga diseluruhdunia Islam. Para ulama punya peran besar dalam memberikan pengaruh terhadap pemikiran Islam dan perpustakaan Islam dengan banyaknya buku-buku karangan yg bermanfaat.
Ibnul Imad menyebutkan bahwa nama lengkap syekh ini adalah Abdul Qadir bin Abi Sholeh bin Janaky Dausat bin Abi Abdillah Abdullah bin Yahya bin Muhammad bin Dawud bin Musa bin Abdullah bin Musa Al-Huzy bin Abdullah Al-Himsh bin Al-Hasan bin Al-Mutsanna bin Al-Hasan bin Ali bin Abi Tholib Al-Jailany.
Ada dua riwayat sehubungan dengan tanggal kelahiran al-Ghauts al_A'zham Syekh Abdul Qodir al-Jilani Amoli. Riwayat pertama yaitu bahwa ia lahir pada 1 Ramadhan 470 H. Riwayat kedua menyatakan Ia lahir pada 2 Ramadhan 470 H. Tampaknya riwayat kedua lebih dipercaya oleh ulama. Silsilah Syekh Abdul Qodir bersumber dari Khalifah Sayyid Ali al-Murtadha, melalui ayahnya sepanjang 14 generasi dan melaui ibunya sepanjang 12 generasi. Syekh Sayyid Abdurrahman Jami memberikan komentar mengenai asal usul al-Ghauts al-A'zham sebagi berikut: "Ia adalah seorangSultan yang agung, yang dikenal sebagial-Ghauts al-A'zham. Ia mendapat gelar sayyid dari silsilah kedua orang tuanya, Hasani dari sang ayah dan Husaini dari sang ibu"[8]. Silsilah Keluarganya adalah Sebagai berikut: Dari Ayahnya(Hasani)[8]:
Syeh Abdul Qodir bin Abu Shalih bin Abu Abdillah bin Yahya az-Zahid bin Muhammad bin Dawud bin Musa bin Abdullah Tsani bin Musa al-Jaun bin Abdul Mahdhi bin Hasan al-Mutsanna bin Hasan as-Sibthi bin Ali bin Abi Thalib, Suami Fatimah binti Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wassalam
Dari ibunya(Husaini): Syeh Abdul Qodir bin Ummul Khair Fathimah binti Abdullah Sum'i bin Abu Jamal bin Muhammad bin Mahmud bin Abul 'Atha Abdullah bin Kamaluddin Isa bin Abu Ala'uddin bin Ali Ridha bin Musa al-Kazhim bin Ja'far al-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Zainal 'Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib, Suami Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wassalam
Masa Muda
Dalam usia 8 tahun ia sudah meninggalkan Jilan menuju Baghdad pada tahun 488 H/1095 M. Karena tidak diterima belajar di Madrasah Nizhamiyah Baghdad, yang waktu itu dipimpin Ahmad al Ghazali, yang menggantikan saudaranya Abu Hamid al Ghazali. Di Baghdad beliau belajar kepada beberapa orang ulama seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthat, Abul Husein al Farra' dan juga Abu Sa'ad al Muharrimiseim.
Beliau menimba ilmu pada ulama-ulama tersebut hingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama. Dengan kemampuan itu, Abu Sa'ad al Mukharrimi yang membangun sekolah kecil-kecilan di daerah Babul Azaj menyerahkan pengelolaan sekolah itu sepenuhnya kepada Syeikh Abdul Qadir al Jailani. Ia mengelola sekolah ini dengan sungguh-sungguh. Bermukim di sana sambil memberikan nasihat kepada orang-orang di sekitar sekolah tersebut. Banyak orang yang bertaubat setelah mendengar nasihat beliau. Banyak pula orang yang bersimpati kepada beliau, lalu datang menimba ilmu di sekolah beliau hingga sekolah itu tidak mampu menampung lagi.