Hampir tiap pagi salah satu guru saya selalu mengirimkan nasihat via sms atau WA (what’s app). Biasanya saya mendapatinya sebelum shalat shubuh, setelah tahajud. Pagi ini, nasihat begitu dalam dan membuat diri ini merenung lebih panjang dari biasanya. Judulnya sangat singkat dan terkesan aneh. “Sisa Surga“. Yang saya jadikan judul dari tulisan ini. Saya akan kutip ulang nasihat beliau untuk saya tadi pagi yang semoga juga bisa jadi nasihat bagi Anda.
***
‘SISA’ SURGA
Jika untuk dakwah kita HANYA memberikan SISA waktu, SISA tenaga, atau SISA harta, mungkin kita BUKAN seorang pengemban dakwah.
Mungkin, kita adalah orang yang menjadikan dakwah setara dengan memancing ikan. SEKADAR HOBI. Jika ada waktu luang dakwah dikerjakan, jika tidak maka dakwah diabaikan.
Padahal semestinya dakwah adalah poros hidup. Bukan sekadar mengisi waktu sisa. Bukan memberikan tenaga sisa. Bukan menginfaqkan harta sisa.
Bukankah kita inginkan surga yang tertinggi? Pantaskah surga tertinggi ‘dibayar’ dengan sisa?
Walaupun ‘sepojok-pojoknya’ surga tetaplah balasan yang indah, tetap tak pantas kita ‘membayarnya’ dengan sisa.
Kita seumpama karyawan yang kerjanya separuh-separuh. Tak pantas berharap gaji penuh.
Untuk siapa nasihat ini? Untuk saya. Dan untuk sesiapa yang kerap pula terlalai oleh kesibukan dunia.
Astaghfirullah…
***
Nasihat dari guru saya di atas memang pendek, tapi pesannya dalam banget.
Nasihat itu sangat penting dan bermanfaat. Tak hanya bisa menguatkan semangat untuk melakukan kebaikan, nasihat juga bisa membangunkan kita dari kelalaian. Nasihat itu ibarat makanan bergizi, yang tak hanya membuat diri kita ini sehat, tapi juga menjadikan tubuh bisa tahan penyakit dan mampu menangkal penyakit. Sering-seringlah memberi nasihat, menerima nasihat, meminta nasihat. Dan yang terpenting menjadikan nasihat itu sebagai penawar hati kita yang sedang gundah, mengobati diri yang sedang sakit, membangkitkan semangat yang sedang “down”.
Semoga kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari. Pribadi yang lebih dekat dengan Sang Pencipta kita. Pribadi yang lebih bersemangat menebar kebaikan. Pribadi yang lebih banyak prestasi yang bisa dibanggakan. Pribadi yang lebih bermanfaat bagi sesama. Pribadi yang terus berubah menjadi lebih dan lebih baik lagi. Semoga juga kita bisa memberikan curah pikiran, tenaga, harta bahkan jiwa kita dengan yang terbaik di dunia ini bukan sisa. Agar kelak di akhirat pun mendapatkan balasan terbaik, beruba surga, bukan sisa, bukan sisa Surga tapi surga yang sepenuhnya.
(Asep Supriatna.com)