Zain Rahman: Gafatar itu Budidaya Intelijen dan Bentuk Pelestarian Isu




Kasus hilangnya Dr. Rica dan sejumlah orang baru-baru ini diduga ada kaitan dengan Gafatar. Gafatar sendiri merupakan singkatan dari Gerakan Fajar Nusantara.
Di website Gafatar, organisasi ini disebut dideklarasikan di Kemayoran, Jakarta Pusat, pada tahun 2012. Awalnya, organisasi berlambang sinar matahari berwarna oranye ini terdiri dari 14 DPD. Tidak ada update soal jumlah kepengurusan, namun di website lain disebutkan jumlah kepengurusan berkembang hingga 34 DPD.


Menurut informasi, Gafatar sendiri merupakan kamuflase perkembangan dari Komandeman Wilayah (KW) NII di bawah garis Nabi Palsu Ahmad Mosshadeq yang pernah diadili di bogor karena kasus penistaan agama. Meskipun dalam pengakuannya, Ahmad Mosshadeq telah bertaubat, tapi tak sepenuhnya bisa dipercayai.

Bibit Samad (eks pimpinan KPK) pernah masuk dalam dewan pembina Gafatar. Namun menurut pengakuannya, yang kami lansir dari detik.com, mengutarakan bahwa ia merasa tertipu.

"Saya tertipu mas. Makanya saya mundur. Saya itu jadi Ketua Dewan Pembina 2013, dan mundur 2014," jelas Bibit saat berbincang, Selasa (12/1/2016).

Bibit sadar dirinya tertipu ketika dia diajak bertemu pemimpin besar Gafatar yang disebut sebagai messiah di markas utamanya di Ciputat.

"Loh ini apa. Ini agama baru, saya langsung mundur saat itu juga. Tapi saya bilang sama mereka, Anda akan melawan masyarakat," jelas Bibit bercerita pengalamannya pada 2014 lalu.

Pria messiah itu disebut Moshadeq. Bibit langsung mencari di internet, dan pria yang diyakini Gafatar sebagai messiah itu pernah diadili di Bogor pada 2009 karena penistaan agama.Gafatar itu Budidaya Intelijen 

Menurut Zain Rahman, Direktur Institut Politik Persaudaraan Muslim, saat diwawancara oleh redaksi liputan6islam mengenai hal ini, mengutarakan, "Gafatar itu Budidaya Intelijen dan Bentuk pelestarian isu. Sebab dari mula gerakan ini muncul, telah terlihat gelagat anehnya. Sayangnya intelijen diam diri. Bahkan Gafatar ini sesungguhnya lebih berbahaya daripada apa yang dikejar Densus 88."

Menurut Zain kembali, Gafatar merupakan evolusi dari gerakan NII yang diinfiltrasi intelijen. "Gafatar tak lain merupakan perubahan gerakan NII hasil infiltrasi intelijen itu sendiri," pungkasnya.

"Bahkan sesungguhnya, pasca penangkapan Ahmad Mosshadeq, gerakan ini tidak terhenti. Justru semakin berkembang. Kenapa bisa demikian? Karena pemahaman islam yang salah dan tak sempurna di tengah-tengah masyarakat yang membuat organisasi menyimpang dan sesat ini terus tumbuh subur," ujarnya mengakhiri wawancara.