Hizbut tahrir merupakan partai politik yang murni beraliran sunni. Begitulah, yang memang dipahami. Kalau pun ada aktivisnya yang dulu syiah, maka ia harus berikrarkan diri untuk mematuhi semua ketentuan dan aturan main dalam hizbut tahrir.
Lantas, kenapa judul Al-islam, seakan-akan mendukung Syiah Houthi daripada Rezim Yaman dan Arab Saudi? Pertanyaan timbul ketika, posisi Arab Saudi terancam, karena memang Yaman, memiliki sisi strategis terkait ekonomi dikawasan timur tengah. Kekhawatiran itu bertambah, ketika ada rencana dari kubu syiah Houthi untuk melakukan penyerangan terhadap Arab saudi.
Syiah Houthi yang beraliran Zaidiyah juga menolak kepemimpinan imam syiah yang dianut negara iran. Sehingga ketika iran menawarkan bantuan kepada Houthi, sepenuhnya ditolak. perlu dicatat, aktivitas syiah houthi semula hanya untuk menumbangkan rezim zalim Yaman sebelumnya. Setelah kaum sunni, hanya berlapang dada atas kesewenangan dan kemaksiatan nyata yang dilakukan sang penguasa Yaman.
Terasa aneh, jika masyarakat Arab merasa risih dan terganggu kepada Houthi di Yaman, sementara untuk "palestina" mereka berdiam diri dan lebih memarkirkan jet-jet tempurnya untuk hal yang sia-sia. Lantas, apakah layak, jika dukungan yang kita berikan disematkan kepada Arab Saudi, hanya gara-gara Syiah Houthi telah membuat tidak nyaman liga arab.
Sesungguhnya apa yang dilakukan di Yaman, adalah upaya Amerika dan Inggris untuk menciptakan "kemelut baru" .Sesungguhnya, Amerika dan Inggris, memanfaatkan "sentimen" syiah untuk saling membenturkan individu atau kelompok.
Amerika dan Inggris, melalui rekanannya di wilayah timur tengah, berhasil memainkan kunci penting kawasan tersebut. Sayangnya, dibelahan dunia lainnya, ummat islam, cenderung melihat ini adalah perselisihan antara Sunni dan Syiah. Dengan kacamata yang terlalu hitam, mereka fokus dengan persetujuan Raja Arab terkait Houthi dengan alasan "Syiah" meskipun Zaidiyah sekalipun.
Bahkan kelompok yang "membabi buta" membenci Syiah pun telah memvonis dan melakukan tudingan palsu terhadap Hizbut Tahrir, yang sesungguhnya kelak tudingan-tudingan tersebut bisa jadi berbalik kepada mereka sendiri. Lantas kemudian menganggap bahwa Raja Arab telah melakukan pembelaan sempurna untuk Allah dan Rasul, yang sesungguhnya pembelaan itu sekali lagi adalah kamuflase.
Kaum Sunni sepertinya "kuat" dan "perkasa" untuk menghadang "Syiah Zaidiyah" tapi begitu lemahnya untuk membungkam "Israel", "Daulah Khawarij" bahkan tak bisa berlaku sama terhadap kepemimpinan Syiah Bassar Al-Assad yang memang syiah yang murtad dari islam.Sungguh kekaguman kepada kamuflase raja Arab, adalah bentuk keberhasilan Amerika dan Inggris untuk terus menghadirkan stigma negatif Sunni-Syiah, dan mempertahankan kedudukannya di wilayah timur tengah.
Rizqi Awal,
Analisis Politik Lembaga Analisis Politik Indonesia.