Saat mendengar Manusia perahu "Muslim Rohingya" yang ditolak di Malaysia, dan kemudian melabuhkan diri ke Indonesia, setelah sempat dihalangi oleh TNI atas perintah tuan mereka, maka saya katakan NKRI itu Serakah.
Nasionalisme yang dibentuk dan diajarkan semenjak SD, yang katanya ada dua jenis, yaitu Nasionalisme sempit (yang membanggakan diri mereka dan tidak menganggap negeri lain) dan Nasionalisme luas (yang tetap menghormati negeri lain) terasa tidak berbeda. Nasionalisme luas yang dicontohkan adalah Indonesia adalah bentuk kamuflase pembodohan publik.
Begitu serakah memang NKRI terhadap warga negeri lainnya yang sedang terhimpit. Sampai-sampai sempat ada penolakan kepada mereka. Sementara, Barat yang dulu melandasi dunia dengan penjajahan, disambut baik, padahal bukti-bukti kejahatannya telah nyata bagi NKRI. Justru dengan kebaikan NKRI ini, Mereka dominan melalukan investasi yang sesungguhnya bentuk manifestasi penjajahan gaya baru. Bahkan, demi disebut sebagai "negeri bersahabat" NKRI rela untuk menstandarkan segalanya dengan internasional meskipun pendapatan rakyat lokal.
Namun, ketika datang ide yang berasal dari islam, yang peranannya menumpas penjajahan besar di negeri ini justru dianggap teror, dianggap perlawanan dan pemberontak. Padahal ide-ide islam bersifat menyatukan bukan memecah. Tapi sayangnya, pemikiran Imperialis telah masuk ke dalam sebagian jiwa masyarakat NKRI. Ya, menjadi "jongos" dan "babu" asing untuk mempertahankan jajahan gaya baru di negeri ini. Lihat saja, seorang muslim menolak penerapan syariat islam, seorang muslim menolak kesatuan ummat islam di bawah khilafah. Ya, mirip banget dengan gaya Hindia Belanda, yang coba menghancurkan penerapan syariat islam di kesultanan-kesultanan islam, dengan cara mengadu domba, membayar sejumlah pihak dengan harta dan tahta, dan membodohi mereka. Sehingga, Hindia Belanda "sukses" untuk meruntuhkan kesultanan. Namun, hindia belanda lupa, bahwa sendi "negara" memang telah musnah tapi "pemikiran" islam tak pernah musnah.
Maka perlawanan terus dilanjutkan, meskipun dengan sebagian "pemikiran" islam. Maka, sebagai NKRI sejati, seharusnya ide tentang Islam diterima sepenuhnya karena memang demikian ide Nenek-moyang kita yang gigih melawan penjajahan. Yang juga akrab dan menerima persahabatan dari berbagai negeri-negeri islam.
Rizqi Awal,
Pengamat Politik LAPI